Apa Itu Tobrut? Mengenal Istilah Viral yang Bikin Kontroversi di Dunia Maya

Bagikan  
PIN IT! shadow

Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial di Indonesia telah menjadi ladang subur bagi munculnya berbagai istilah baru. Dari yang lucu, unik, hingga yang menimbulkan perdebatan. Salah satu istilah yang sempat menyita perhatian publik dan menimbulkan gelombang diskusi panas di ruang digital adalah “Tobrut.” Anda mungkin pernah mendengar atau bahkan menemukannya berseliweran di kolom komentar, meme, atau video singkat yang viral.

 

Fenomena semacam ini bukanlah hal baru di era digital. Istilah atau jargon internet sering kali muncul dari satu unggahan viral, lalu menyebar cepat karena dinilai menghibur, mengundang rasa penasaran, atau bahkan kontroversial. Istilah “Tobrut” masuk dalam kategori tersebut, menjadi bahan perbincangan di berbagai platform karena makna yang dianggap vulgar oleh sebagian kalangan.

 

Definisi Tobrut: Asal Mula Istilahnya

Secara harfiah, istilah “Tobrut” merupakan singkatan dari frasa “Toket Brutal.” Kata ini mulai muncul di kalangan warganet sebagai bentuk candaan atau satire yang biasanya digunakan dalam konteks visual, umumnya foto atau video yang menonjolkan bagian tubuh tertentu secara eksplisit. Meski terlihat ringan, istilah ini membawa muatan makna yang cukup kompleks dari segi budaya komunikasi digital.

 

Penggunaan kata “Toket” sendiri adalah bahasa gaul yang merujuk pada bagian tubuh perempuan, sementara “Brutal” memberikan kesan berlebihan atau mencolok. Ketika digabung, istilah tersebut membentuk makna yang cenderung vulgar dan sensasional. Maka tak heran jika istilah ini cepat menarik perhatian publik, baik dari kalangan muda yang aktif di dunia maya maupun dari kelompok yang lebih konservatif.

 

Mengapa Tobrut Menjadi Kontroversial?

 

Penyebab utama kontroversi dari istilah Tobrut adalah karena muatan seksual yang terkandung di dalamnya. Banyak pihak menganggap penggunaannya sebagai bentuk pelecehan verbal terselubung, yang berpotensi mendiskreditkan perempuan dan memicu objektifikasi tubuh. Di sisi lain, ada pula yang melihatnya sebagai sekadar bagian dari tren humor di internet yang tidak perlu dianggap serius.

 

Namun, perlu dicermati bahwa budaya digital di Indonesia masih berproses dalam menemukan titik keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan etika komunikasi publik. Istilah seperti Tobrut menjadi indikator bahwa ruang digital belum sepenuhnya aman dan inklusif untuk semua pengguna, terutama perempuan. Reaksi beragam dari masyarakat terhadap istilah ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya komunikasi yang sehat di dunia maya.

 

Dampak Istilah Ini di Ruang Digital

 

Kehadiran istilah Tobrut di berbagai platform digital membawa dampak yang tidak bisa dianggap remeh. Salah satu dampak yang paling nyata adalah normalisasi konten seksual terselubung di ruang publik. Saat istilah ini digunakan secara bebas, apalagi tanpa konteks yang jelas, maka batas antara humor dan pelecehan bisa menjadi kabur.

 

Tak hanya itu, dari perspektif bisnis digital dan pemasaran, kehadiran istilah semacam ini juga menimbulkan dilema. Beberapa akun atau konten kreator justru memanfaatkannya sebagai daya tarik agar konten mereka lebih mudah viral, meskipun berisiko terkena sanksi atau dibatasi oleh algoritma platform karena dianggap melanggar kebijakan komunitas. Hal ini pada akhirnya memengaruhi citra brand dan ekosistem digital secara keseluruhan.

 

Dalam konteks yang lebih luas, istilah Tobrut juga dapat menjadi contoh bagaimana tren viral bisa menciptakan tekanan sosial, terutama terhadap individu atau komunitas yang menjadi objek perbincangan. Di sinilah peran penting literasi digital harus diangkat ke permukaan.

 

Pentingnya Literasi Digital Saat Menyerap Konten Viral

 

Sebagai pelaku bisnis atau individu yang aktif di dunia digital, Anda perlu membekali diri dengan literasi digital yang memadai. Literasi digital bukan hanya soal kemampuan mengakses atau menyebarkan informasi, tetapi juga mencakup kemampuan untuk memahami konteks, mengkritisi isi, dan menilai dampak dari konten yang dikonsumsi maupun dibagikan.

 

Istilah Tobrut bisa menjadi pelajaran bahwa tidak semua yang viral itu layak untuk dibenarkan atau diikuti. Sebagai bagian dari masyarakat digital, Anda punya peran dalam menciptakan ruang online yang lebih sehat dan produktif. Dengan memahami asal-usul dan dampak dari sebuah istilah viral, Anda dapat lebih bijak dalam merespons serta membangun komunikasi digital yang beretika.

 

Terakhir, penting bagi para pelaku usaha dan pebisnis untuk lebih berhati-hati dalam memilih strategi komunikasi digital. Kehati-hatian terhadap istilah yang digunakan dalam promosi maupun interaksi online menjadi kunci agar brand tetap relevan tanpa menyinggung norma dan etika yang berlaku di masyarakat.

 

VisitJogja

Penulis VisitJogja Beyond Ordinary Sites