Batik yang Dihasilkan Dari Program Dukungan RGE

Bagikan  
PIN IT! shadow

VISITJOGJA.NET – Batik merupakan kekayaan budaya Indonesia yang patut dilestarikan. Ada beragam jenis batik yang ada di negeri kita. Namun, salah satu yang menarik perhatian ialah Batik Bono yang hadir berkat dukungan Royal Golden Eagle (RGE).

 

Batik Bono diproduksi oleh para perempuan asal Kabupaten Pelalawan, Riau. Mereka yang mendesain, memproduksi, hingga menjual batik unik tersebut dalam payung organisasi Rumah Batik Andalan.

Seperti namanya, Batik Bono hadir terinsipirasi dari keunikan ombak Bono yang hanya ada di Pelalawan. Itu adalah gelombang tinggi di muara Sungai Kampar yang terjadi akibat pertemuan arus sungai dan aliran air laut yang pasang.

 

Ombak Bono sangat unik karena menghasilkan gelombang besar di sungai. Biasanya, aliran ombak semacam itu hanya ditemui di laut.

 

Bagi pencinta olahraga ekstrem, ombak Bono akhirnya menjadi daya tarik tersendiri. Banyak yang akhirnya berani menaiki gelombang dahsyat tersebut untuk berselancar.

 

Biasanya ombak Bono mencapai puncaknya sekitar bulan November dan Desember. Hal itu terjadi karena debit air yang tinggi seiring dengan kehadiran musim penghujan di sana.

 

Fenomena itu akhirnya dijadikan inspirasi oleh para wanita yang tergabung dalam Rumah Batik Andalan. Dengan maksud ingin menghadirkan batik dengan ciri khas sendiri, maka terciptalah motif ombak Bono yang khas.

 

Melihat perjalanan para perempuan di Rumah Batik Andalan menghasilkan batik Bono ternyata sangat inspiratif. Mereka memulainya dari dasar hingga akhirnya memiliki keterampilan khusus.

 

Rumah Batik Andalan hadir sebagai wujud nyata Royal Golden Eagle untuk memberi manfaat kepada masyarakat. Grup yang didirikan pada 1973 dengan nama Raja Garuda Mas itu memang ingin kehadirannya berguna bagi orang lain, khususnya warga di sekitarnya.

 

Harapan itu tertuang dalam filosofi bisnis 5C yang menjadi arahan kerja semua anak perusahaan RGE. APRIL Group yang termasuk di dalamnya juga ikut menjalankannya. Salah satunya dilakukan oleh unit bisnisnya, PT Riau Andalan Pulp & Paper.

 

PT RAPP menggagas program Community Development untuk mengembangkan potensi para wanita di Kabupaten Pelalawan. Mereka tahu para perempuan tersebut yang hanya menggantungkan hidup terhadap suaminya. Padahal, di tengah tuntutan dan beban hidup yang berat, kontribusi para istri terhadap perekonomian keluarga akan sangat membantu.

 

Maka, terbersit ide dari unit bisnis bagian dari Royal Golden Eagle itu untuk mengajari para perempuan untuk membatik. Nanti hasilnya diharapkan akan mampu dijual untuk membantu perekonomian keluarga.

 

Sepintas itu terlihat mudah, namun praktiknya tidak gampang. Keterampilan membatik bukanlah hal yang umum di Pelalawan. Situasinya berbeda dibanding dengan sejumlah kawasan di Pulau Jawa yang terkenal sebagai penghasil batik seperti Surakarta, Yogyakarta, atau Pekalongan.

 

“Saya tidak lahir dengan canting (alat pelukis batik, Red.) di tangan. Tidak seperti mereka yang ada di Jawa, “ canda seorang warga Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Hari Fitri Ramdhani, seperti dilaporkan oleh Jakarta Globe.

 

Akibatnya RGE harus mau mengajari para wanita di Pelalawan untuk membatik dari nol. Cara yang dilakukan ada dua. Royal Golden Eagle kerap mendatangkan produsen batik dari Jawa untuk melatih membuat batik di Pelalawan. Selain itu, grup yang dulu bernama Raja Garuda Mas ini juga sering mengirim anggota Rumah Batik Andalan ke daerah sentra batik di Jawa untuk belajar langsung di sana.

 

Saat mulai merintis program Rumah Batik Andalan pada 2013, ada 50 orang wanita yang tergabung. Namun, pada 2016, jumlahnya menurun hingga menjadi sepuluh orang saja.

 

Penurunan jumlah itu terjadi karena tidak semua mampu bertahan untuk mempelajari proses pembuatan batik. Tidak mudah untuk belajar hal dari nol untuk kemudian menguasainya layaknya seorang veteran.

 

Sebagai contoh tentang keharusan untuk menguasai semua proses pembuatan batik. Di Jawa, seiring perkembangan industri batik yang pesat, sudah ada pihak-pihak dengan spesialisasi khusus untuk membuat batik seperti mendesain, memberi warna, atau melukisnya dengan canting. Di Pelalawan kondisinya tidak seperti itu. Para wanita di Rumah Batik Andalan harus mengerjakan semuanya.

 

Namun, semuanya berbuah manis. Tiga tahun sejak pertama diajari, para wanita itu sudah piawai membuat batik. “Dulu mereka sering tersengat panas lilin yang digunakan untuk membatik ketika pertama kali berlatih,” kisah Manajer Community Development RAPP, Sundari Berlian.


Membantu Keluarga

 

VISITJOGJA.NET - Batik merupakan kekayaan budaya Indonesia yang patut dilestarikan. Ada beragam jenis batik yang ada di negeri kita. Namun, salah satu yang menarik perhatian ialah Batik Bono yang hadir berkat dukungan Royal Golden Eagle (RGE).

Akan tetapi, tidak ada hasil yang mengkhianati upaya. Perjuangan para wanita di Rumah Batik Andalan berbuah manis. Mereka mampu mendesain batik, memproduksi, hingga menjualnya.

 

Batik Bono hanya satu di antara motif yang mereka hasilkan. Masih banyak lagi motif yang tak kalah indah seperti akasia, timun suri, ekaliptus, dan lakum. Sama seperti Batik Bono, semua motif itu terinspirasi dari kehidupan di Pelalawan.

 

Akhirnya tujuan Royal Golden Eagle tercapai. Berkat batik yang diproduksinya, para wanita itu kini mampu produktif. Mereka bisa menghasilkan uang dari batik yang diproduksinya.

 

Menurut Sundari, setiap bulan, para wanita di Rumah Batik Andalan mampu memproduksi 130 buah batik cetak dan tulis. Dari semua itu, mereka bisa menghasilkan penjualan senilai Rp20 juta.

 

Para perempuan yang tergabung di Rumah Batik Andalan menikmati buahnya. Mereka mampu mendapat penghasilan sendiri yang berguna untuk membantu perekonomian keluarga.

 

Hani Fitri misalnya. Ia bisa membantu suaminya yang bekerja di sebuah bengkel. “Uang yang saya dapatkan dari Rumah Batik Andalan, terima kasih kepada Allah, telah membantu saya untuk membeli rumah,” kisahnya.

 

Lain lagi dengan Nikmah. Transmigran dari Jawa ini dulu kesulitan untuk membiayai hidup keempat anaknya. Penghasilan suaminya tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan. Tapi, semuanya berubah sejak Nikmah bergabung ke Rumah Batik Andalan.

 

“Syukur kepada Allah, rumah produksi ini telah membantu saya untuk membangun rumah sendiri,” ujar Nikmah.

 

Batik buatan Rumah Batik Andalan dijual sebagai suvenir untuk tamu-tamu PT RAPP. Namun, banyak juga pihak yang mencarinya sebagai oleh-oleh dari Pelalawan.

 

Namun, Rumah Batik Andalan ingin memperluas pasarnya. Mereka tengah berupaya menjajaki penjualan ke luar daerah. Hal itu dirasa memungkinkan karena produknya memang berkualitas. Salah satu cara yang dilakukan ialah dengan mengikuti berbagai pameran seperti Pelalawan Expo 2016.

 

“Kami berharap bisa mempromosikan batik buatan kami di mana pun kami mengikuti pameran,” ujar Hanif Fitri.

 

Untuk menjaga buah karya Rumah Batik Andalan, Royal Golden Eagle membantu proses perolehan hak paten. Akhirnya pada November 2016, lima motif Batik Bono hasil buatan Rumah Batik Andalan mendapatkan perlindungan hak cipta.

 

Hal itu dirasa akan mampu mengembangkan Rumah Batik Andalan semakin besar. Kondisi itulah yang diharapkan oleh PT RAPP. Sebagai bagian dari Royal Golden Eagle, mereka memang ingin meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan peningkatan keterampilan.

 

“Kami berharap Batik Bono menjadi ikon daerah. Tidak hanya dikenal di Pelalawan, tapi juga di seluruh dunia,” ujar Direktur PT RAPP, Rudi Fajar.

 

Terlihat nyata bahwa para wanita sejatinya memiliki potensi besar asal diberi kesempatan. Rumah Batik Andalan yang digagas oleh Royal Golden Eagle merupakan bukti nyatanya.

 

Sumber : http://kabardunia.com/snapshot/19062-cara-menjadi-pebisnis-sukses-menurut-versi-sukanto-tanoto.html

 

Kamu suka artikel seperti ini? Jika suka silakan klik bagikan pada artikel ini 

VisitJogja.net- Jogja One Stop Travel Guide
VisitJogja

Penulis VisitJogja Beyond Ordinary Sites